Bukan berarti antipati mati, hanya saja sejauh ingatan ini bisa dicapai, saya belum pernah menulis atau bahkan coba mengulas sesuatu yang khusus mengenai hal-hal di ranah yang satu ini. Otomotif. Sehari-hari saya beraktifitas juga selalu mengandalkan sepeda motor. Tapi entah mengapa, mungkin baru kali ini ada kesempatan bagi saya untuk mencoba sedikit (sok) techie lah.. Jadi sebelum nanti pada akhirnya kawan-kawan melempari saya dengan kulit buah karena pemaparan level amatir, lebih baik saya minta maaf terlebih dulu, sekedar usaha awal supaya ruang toleransi kawan-kawan buat saya sedikit lebih lebar dari sebelumnya. Ya, selamat melanjutkan dan.. mohon maaf. :)
Sabtu 13 November 2010, hampir seharian, PT. Astra Honda Motor (AHM) menggelar acara Blogger & Community Gathering: Bedah Mesin Honda PCX-125. Komunitas Blogger Otomotif Indonesia (KoBOI) dan Asosiasi Honda Jakarta (AHJ) sebagai perwakilan untuk tiap komunitas tersebut diberi kesempatan untuk diberi sejumlah wawasan yang cukup mendalam tentang produk AHM yang satu ini. Sekilas dari Bro Stephen Langitan di awal acara tersebut, rupanya ini adalah tanggapan dari helatan sebelumnya antara AHM dan KoBOI yang masih juga ajang kenal Honda PCX-125 ini, hanya saja saat itu masih dalam rangka Test Ride semata. Hampir seharian Workshop ini berlangsung, dari mulai pemberian materi di kelas sampai akhirnya kami dibawa ke ruang workshop untuk menelanjangi sepeda motor matik satu ini.
» Idling Stop System
Secara umum, memang PCX-125 sarat fitur teknologi baru yang sudah dijejalkan R&D Honda Jepang. Setidaknya ada lima fitur utama yang AHM unggulkan dari sepeda motor tersebut, Idling Stop System, Alternator Starter, Anti-Theft Alarm, Combi-Brake System dan PGM-FI. Dari kelimanya, sejauh pengetahuan saya terdapat dua fitur yang belum pernah dicicipi kendaraan lain yaitu Idling Stop System dan Alternator Starter. Secara sederhana, Idling Stop System yang disematkan ke PCX-125 ini akan membuat motor ini menon-aktifkan mesin saat mesin Idle (tidak bergerak) lebih dari 3 detik namun akan seketika kembali hidup jika Throttle (Gas) dibuka. Tentu saja hal sesederhana ini akan cukup mengurangi konsumsi bahan bakar saat mesin tidak digunakan menggerakkan roda. Ya kelihatannya sederhana dan malah merepotkan, namun sesungguhnya tidak sesederhana itu juga. Masih ada beberapa parameter yang harus dipenuhi untuk mengaktifkan fitur ini, misalnya suhu mesin harus telah mencapai 60 derajat. Karena jika tidak, tentu kawan-kawan akan bertanya-tanya “Kalau begitu, saat mesin dihidupkan pagi hari untuk dipanaskan, nanti mesinnya mati sendiri dong?”. Atau bahkan sampai soal kerja mesin yang bisa jadi terlalu berat ketika dia harus hidup-mati-hidup sesering itu. Jawabannya ada pada fitur berikutnya, yang saya sebut cukup menarik dan menunjang sistem Idling Stop tersebut yaitu Alternator Starter.
» Alternator Starter
Sistem starter elektrik di motor umumnya menggunakan magnet permanen untuk memutar dinamo starter dan dengan bantuan tuas untuk “memperpanjang” gaya gerak yang dimiliki ke shaft, yang pada prinsipnya masih sama saja dengan sistem engkol (-ini yang kemudian sering menyebabkan suara hentakan ketika starter elektrik dihidupkan). Pada Alternator Starter, keseluruhan keuntungan mekanis oleh tuas atau dinamo starter diambil alih sepenuhnya oleh arus listrik saja. Arus listrik ini digunakan untuk menghasilkan medan magnet yang cukup kuat (-sehingga jika kita ingat pelajaran fisika di sekolah dulu, adanya arus listrik dan medan magnet akan menyebabkan GAYA LORENTZ) untuk menghasilkan torsi yang sedemikian besar untuk memutar flywheel dan seterusnya sampai menggerakkan poros engkol mesin (crankshaft atau bahasa bengkel yang sering kita dengar kruk-as). Lalu apa efeknya?, ya tentu saja hentakan yang biasa kita dengar saat menghidupkan mesin tidak akan lagi ada. Ketika tombol starter kita tekan, tidak lama “tiba-tiba” mesin sudah hidup. Dan ketika mesin sudah hidup, maka sistem ini akan berganti fungsi sebagai alternator AC-DC layaknya di kendaraan lain sebagai penghasil arus listrik untuk menghidupi berbagai perangkat kelistrikan diseluruh badan motor. Uhm.. quiet interesting bahkan untuk jenis kendaraan roda-4 pun belum ada yang mengadopsi sistem ini (-selain juga alasan bahwa piston yang menjadi beban untuk dihidupkan di mobil tentunya ada lebih dari satu, yang pastinya butuh kerja keras dari Bapak Lorentz itu tadi :D ).
» PCX "Brain"
Tentu saja apa yang telah dibahas tersebut membutuhkan satu ‘ruang komando’, atau setidaknya satu ‘operator kendali’ untuk melakukan semuanya dari mulai sinkronisasi data mesin ke panel instrumen sampai dengan urusan pengaturan pasokan bahan bakar. "Otak" inilah yang di Honda PCX-125 disebut dengan ECM (Electronic Control Module). Mungkin ini yang sedikit mengganggu beberapa kawan-kawan di Workshop ini karena peletakan ECM –yang sedemikian penting fungsinya, di bagian depan tangki bahan bakar dan agak terekspose dari cipratan air. Terlebih untuk mereka yang sudah terbiasa dengan kebiasaan banjir di Jakarta, karena musuhnya bukan lagi ‘cipratan’ tapi bahkan ‘genangan’. Tapi setidaknya, patokan ketinggian yang instruktur AHM jelaskan bahwa sampai kedalaman 30cm masih aman sedikit mengobati. Lagi pula, diluar nilai obyektifitas saya pribadi, sebenarnya yang harus diatasi adalah menghilangkan banjir di jakarta, bukan mengakali banjir dengan menyelamatkan diri (atau bahkan menyelamatkan ECM motor). Ya, kan.. Mr. Governoor. :P
Dengan tidak bermaksud membuat suasana bacaan ringan kita ini menjadi suasana ruang kelas, maka rasanya untuk urusan teknis cukup saja lah.. :P . Minimal secara garis besar kita tahu bahwa mungkin ini yang akan kita terima sebagai teknologi baru sepeda motor di negeri kita ini dari AHM sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek Honda di Indonesia. Sah saja kalau ini dijadikan sebagai bahan referensi sampingan, karena untuk menebus sesuatu dengan kisaran harga 30-an juta rupiah dalam bentuk sepeda motor, semakin banyak informasi tentunya semakin baik. :)
O ya, tambahan sedikit dari saya untuk masalah handling ketika sebentar merasakan sepeda motor ini adalah adanya cita rasa ‘touring’ ketika duduk diatasnya karena posisi duduk dan pengendalian sepeda motor yang menurut saya sangat nyaman untuk kelas sepeda motor matik. Yup, silahkan mencari lagi informasi tentang Honda PCX-125 ini dimana saja, dan jangan lupa untuk menyiapkan dana sebanyak yang sudah saya sebut tadi. :)
Ditulis sebagai pengingat untuk saya, dan yang menginginkan.
Sabtu 13 November 2010, hampir seharian, PT. Astra Honda Motor (AHM) menggelar acara Blogger & Community Gathering: Bedah Mesin Honda PCX-125. Komunitas Blogger Otomotif Indonesia (KoBOI) dan Asosiasi Honda Jakarta (AHJ) sebagai perwakilan untuk tiap komunitas tersebut diberi kesempatan untuk diberi sejumlah wawasan yang cukup mendalam tentang produk AHM yang satu ini. Sekilas dari Bro Stephen Langitan di awal acara tersebut, rupanya ini adalah tanggapan dari helatan sebelumnya antara AHM dan KoBOI yang masih juga ajang kenal Honda PCX-125 ini, hanya saja saat itu masih dalam rangka Test Ride semata. Hampir seharian Workshop ini berlangsung, dari mulai pemberian materi di kelas sampai akhirnya kami dibawa ke ruang workshop untuk menelanjangi sepeda motor matik satu ini.
» Idling Stop System
Secara umum, memang PCX-125 sarat fitur teknologi baru yang sudah dijejalkan R&D Honda Jepang. Setidaknya ada lima fitur utama yang AHM unggulkan dari sepeda motor tersebut, Idling Stop System, Alternator Starter, Anti-Theft Alarm, Combi-Brake System dan PGM-FI. Dari kelimanya, sejauh pengetahuan saya terdapat dua fitur yang belum pernah dicicipi kendaraan lain yaitu Idling Stop System dan Alternator Starter. Secara sederhana, Idling Stop System yang disematkan ke PCX-125 ini akan membuat motor ini menon-aktifkan mesin saat mesin Idle (tidak bergerak) lebih dari 3 detik namun akan seketika kembali hidup jika Throttle (Gas) dibuka. Tentu saja hal sesederhana ini akan cukup mengurangi konsumsi bahan bakar saat mesin tidak digunakan menggerakkan roda. Ya kelihatannya sederhana dan malah merepotkan, namun sesungguhnya tidak sesederhana itu juga. Masih ada beberapa parameter yang harus dipenuhi untuk mengaktifkan fitur ini, misalnya suhu mesin harus telah mencapai 60 derajat. Karena jika tidak, tentu kawan-kawan akan bertanya-tanya “Kalau begitu, saat mesin dihidupkan pagi hari untuk dipanaskan, nanti mesinnya mati sendiri dong?”. Atau bahkan sampai soal kerja mesin yang bisa jadi terlalu berat ketika dia harus hidup-mati-hidup sesering itu. Jawabannya ada pada fitur berikutnya, yang saya sebut cukup menarik dan menunjang sistem Idling Stop tersebut yaitu Alternator Starter.
» Alternator Starter
Sistem starter elektrik di motor umumnya menggunakan magnet permanen untuk memutar dinamo starter dan dengan bantuan tuas untuk “memperpanjang” gaya gerak yang dimiliki ke shaft, yang pada prinsipnya masih sama saja dengan sistem engkol (-ini yang kemudian sering menyebabkan suara hentakan ketika starter elektrik dihidupkan). Pada Alternator Starter, keseluruhan keuntungan mekanis oleh tuas atau dinamo starter diambil alih sepenuhnya oleh arus listrik saja. Arus listrik ini digunakan untuk menghasilkan medan magnet yang cukup kuat (-sehingga jika kita ingat pelajaran fisika di sekolah dulu, adanya arus listrik dan medan magnet akan menyebabkan GAYA LORENTZ) untuk menghasilkan torsi yang sedemikian besar untuk memutar flywheel dan seterusnya sampai menggerakkan poros engkol mesin (crankshaft atau bahasa bengkel yang sering kita dengar kruk-as). Lalu apa efeknya?, ya tentu saja hentakan yang biasa kita dengar saat menghidupkan mesin tidak akan lagi ada. Ketika tombol starter kita tekan, tidak lama “tiba-tiba” mesin sudah hidup. Dan ketika mesin sudah hidup, maka sistem ini akan berganti fungsi sebagai alternator AC-DC layaknya di kendaraan lain sebagai penghasil arus listrik untuk menghidupi berbagai perangkat kelistrikan diseluruh badan motor. Uhm.. quiet interesting bahkan untuk jenis kendaraan roda-4 pun belum ada yang mengadopsi sistem ini (-selain juga alasan bahwa piston yang menjadi beban untuk dihidupkan di mobil tentunya ada lebih dari satu, yang pastinya butuh kerja keras dari Bapak Lorentz itu tadi :D ).
» PCX "Brain"
Tentu saja apa yang telah dibahas tersebut membutuhkan satu ‘ruang komando’, atau setidaknya satu ‘operator kendali’ untuk melakukan semuanya dari mulai sinkronisasi data mesin ke panel instrumen sampai dengan urusan pengaturan pasokan bahan bakar. "Otak" inilah yang di Honda PCX-125 disebut dengan ECM (Electronic Control Module). Mungkin ini yang sedikit mengganggu beberapa kawan-kawan di Workshop ini karena peletakan ECM –yang sedemikian penting fungsinya, di bagian depan tangki bahan bakar dan agak terekspose dari cipratan air. Terlebih untuk mereka yang sudah terbiasa dengan kebiasaan banjir di Jakarta, karena musuhnya bukan lagi ‘cipratan’ tapi bahkan ‘genangan’. Tapi setidaknya, patokan ketinggian yang instruktur AHM jelaskan bahwa sampai kedalaman 30cm masih aman sedikit mengobati. Lagi pula, diluar nilai obyektifitas saya pribadi, sebenarnya yang harus diatasi adalah menghilangkan banjir di jakarta, bukan mengakali banjir dengan menyelamatkan diri (atau bahkan menyelamatkan ECM motor). Ya, kan.. Mr. Governoor. :P
Dengan tidak bermaksud membuat suasana bacaan ringan kita ini menjadi suasana ruang kelas, maka rasanya untuk urusan teknis cukup saja lah.. :P . Minimal secara garis besar kita tahu bahwa mungkin ini yang akan kita terima sebagai teknologi baru sepeda motor di negeri kita ini dari AHM sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek Honda di Indonesia. Sah saja kalau ini dijadikan sebagai bahan referensi sampingan, karena untuk menebus sesuatu dengan kisaran harga 30-an juta rupiah dalam bentuk sepeda motor, semakin banyak informasi tentunya semakin baik. :)
O ya, tambahan sedikit dari saya untuk masalah handling ketika sebentar merasakan sepeda motor ini adalah adanya cita rasa ‘touring’ ketika duduk diatasnya karena posisi duduk dan pengendalian sepeda motor yang menurut saya sangat nyaman untuk kelas sepeda motor matik. Yup, silahkan mencari lagi informasi tentang Honda PCX-125 ini dimana saja, dan jangan lupa untuk menyiapkan dana sebanyak yang sudah saya sebut tadi. :)
Ditulis sebagai pengingat untuk saya, dan yang menginginkan.