Bukanlah mutlak sebuah kesalahan jika memberikan sedikitnya harapan di pundak seseorang yang ‘tampaknya’ mempunyai kemampuan besar mewujudkan harapan tersebut. Tapi juga bukanlah sikap besar sebuah bangsa yang tidak sedikit kali mengaku sebagai bangsa besar jika semata-mata menempatkan porsi harapan sebesar itu pada sesuatu yang jelas-jelas bukan pengaruh utama dalam sistem yang sampai saat ini dipercaya sebagai sitem tatanan kebangsaan. Mudah saja, bangsa itu adalah kita, sekumpulan manusia cerdas yang mengaku diri bernama Indonesia. Mengapa cerdas? Mengapa kita?. Tidakkah kita sudah sedemikian cerdas sampai-sampai telah mampu ‘mendirikan’ replika parodi terhadap dirinya sendiri. Tidakkah kita sudah sedemikian hebat dengan meng-klaim diri sebagai ‘most advance democratic nation’?. Sampai disini, jawabannya adalah “ya”.
Pada awalnya, sudah sepenuh saya usahakan, bahwa menggantungkan sedikit harapan pada ‘sang presiden’ sepertinya memang masuk akal dan diperlukan –mengingat betapa sebuah negara semacam amerika serikat adalah satu dari sekian yang punya pengaruh besar terhadap apa-apa yang akan menjadi kebijakan dunia yang kitapun berada di dalamnya. Tapi, sayang, ketika bentuk terbesar mimpi yang tiba-tiba menjadi kenyataan itu malah semakin menunjukkan betapa jawaban “ya” yang semula begitu mantap kemudian terulang lagi seperti persoalan lain yang menjungkir-balikkan kemantapan itu menjadi kemantapan lain yaitu “sama sekali tidak”.
Barack Hussein Obama, mungkin sekali –seperti menggugah sisi emosial kebangsaan kita. Bagaimanapun perasaan ‘dekat’ dengan kita (Indonesia) adalah sebuah kewajaran. Akan tetapi akan sangat berlebihan jika perasaan ‘dekat’ itu kemudian meledak-ledak dan sedikit demi sedikit melepaskan kulit kebesaran bangsa itu sendiri. Mungkin jika kawan-kawan masih ingat apa yang ada pada sekedar mengingat apostrophe, tersirat ingin saya sampaikan bahwa betapa sebuah media, selalu punya banyak tempat di kepala masing-masing kita. Sudahlah terlalu matang, kita, untuk membedakan mana yang baik, atau buruk . Lagi, saya kutipkan kurang lebihnya sepenggal kata yang diberitakan beberapa jam sebelum dilantiknya sang presiden ini.
Kesan pertama, oleh saya, adalah “ya, tentu saja, stasiun tv ini terlalu sering membuat sinetron daripada belajar menyusun kalimat-kalimat berita”. Tapi kemudian beberapa saat setelah itu muncul kesadaran lain bahwa mungkin jurnalis seperti Gus dan kawan-kawan lain lah yang akan lebih mampu menohok mereka dibanding saya. Berita-berita yang masuk ke telinga kita akan dengan serta-merta menjadi referensi mutlak, terlagi jika muncul dari televisi. “Pemimpin Dunia” bukanlah kata yang tepat. Kita tidaklah hidup untuk memanjakan diri terbiasa dengan membiarkan mimpi. Dia bukan siapa-siapa untuk kita. Benar bahwa dia istimewa karena mampu menembus tembok rasial untuk singgasana sebesar Presiden Amerika Serikat. Benar dia ‘menjanjikan’ karena beberapa terobosan kebijakannya. Tapi dengan pernah hidup di Indonesia untuk segelintir waktu, tidaklah menjadikan dia begitu istimewa untuk kita.
Akan sangat mengenaskan (setidaknya oleh saya) jika disaat yang bersamaan, keponakan saya –dengan menonton berita, malah lebih hafal di Jakarta bagian mana Obama pernah dibesarkan dibanding di Pacitan bagian mana Presiden negaranya sendiri pernah dibesarkan. Pertanyaan besar terakhir saya adalah, “akan sampai dimana, mereka –pemilik otoritas media, akan terus menciptakan mimpi untuk mimpi”.
Hak cipta gambar "Dare To Dream" ada pada www.stephenaitken.com
Pada awalnya, sudah sepenuh saya usahakan, bahwa menggantungkan sedikit harapan pada ‘sang presiden’ sepertinya memang masuk akal dan diperlukan –mengingat betapa sebuah negara semacam amerika serikat adalah satu dari sekian yang punya pengaruh besar terhadap apa-apa yang akan menjadi kebijakan dunia yang kitapun berada di dalamnya. Tapi, sayang, ketika bentuk terbesar mimpi yang tiba-tiba menjadi kenyataan itu malah semakin menunjukkan betapa jawaban “ya” yang semula begitu mantap kemudian terulang lagi seperti persoalan lain yang menjungkir-balikkan kemantapan itu menjadi kemantapan lain yaitu “sama sekali tidak”.
Barack Hussein Obama, mungkin sekali –seperti menggugah sisi emosial kebangsaan kita. Bagaimanapun perasaan ‘dekat’ dengan kita (Indonesia) adalah sebuah kewajaran. Akan tetapi akan sangat berlebihan jika perasaan ‘dekat’ itu kemudian meledak-ledak dan sedikit demi sedikit melepaskan kulit kebesaran bangsa itu sendiri. Mungkin jika kawan-kawan masih ingat apa yang ada pada sekedar mengingat apostrophe, tersirat ingin saya sampaikan bahwa betapa sebuah media, selalu punya banyak tempat di kepala masing-masing kita. Sudahlah terlalu matang, kita, untuk membedakan mana yang baik, atau buruk . Lagi, saya kutipkan kurang lebihnya sepenggal kata yang diberitakan beberapa jam sebelum dilantiknya sang presiden ini.
Beberapa jam lagi Obama akan dilantik menjadi presiden Amerika Serikat ke-44, yang sekaligus menjadi pemimpin dunia…
Kesan pertama, oleh saya, adalah “ya, tentu saja, stasiun tv ini terlalu sering membuat sinetron daripada belajar menyusun kalimat-kalimat berita”. Tapi kemudian beberapa saat setelah itu muncul kesadaran lain bahwa mungkin jurnalis seperti Gus dan kawan-kawan lain lah yang akan lebih mampu menohok mereka dibanding saya. Berita-berita yang masuk ke telinga kita akan dengan serta-merta menjadi referensi mutlak, terlagi jika muncul dari televisi. “Pemimpin Dunia” bukanlah kata yang tepat. Kita tidaklah hidup untuk memanjakan diri terbiasa dengan membiarkan mimpi. Dia bukan siapa-siapa untuk kita. Benar bahwa dia istimewa karena mampu menembus tembok rasial untuk singgasana sebesar Presiden Amerika Serikat. Benar dia ‘menjanjikan’ karena beberapa terobosan kebijakannya. Tapi dengan pernah hidup di Indonesia untuk segelintir waktu, tidaklah menjadikan dia begitu istimewa untuk kita.
Akan sangat mengenaskan (setidaknya oleh saya) jika disaat yang bersamaan, keponakan saya –dengan menonton berita, malah lebih hafal di Jakarta bagian mana Obama pernah dibesarkan dibanding di Pacitan bagian mana Presiden negaranya sendiri pernah dibesarkan. Pertanyaan besar terakhir saya adalah, “akan sampai dimana, mereka –pemilik otoritas media, akan terus menciptakan mimpi untuk mimpi”.
Hak cipta gambar "Dare To Dream" ada pada www.stephenaitken.com
36 tanggapan:
Any type of comment will be accepted and published. Except spam!
Subscribe to my feed | Subscribe comment feed
nge PERTAMAX_IN DULU AH... baca belakangan... aw aw aw aw
okayh ini baru komennya....
akhirnya ada postingan yang bahasanya mudah saya cerna...
saya mah gag nonton kemaren... lah wong pelantikan kampus aja saya gag ikut masa pelantikan negri orang harus saya tonton... mending nonton tawa sutra.. oke coy....
yup bangsa ini terbius dengan obama.. padahal dia hanya pernah tinggal di sini dan bangsa ini merasa pernah membesarkan obama kecil, dilematis memang... eforia bangsa ini terlalu berlebihan...
setuju . entah mengapa rakyat Indonesia begitu mengelu-elukan Obama . padahal jika di lihat Obama bukanlah siapa - siapa . 'hanya' salah seorang warga Amerika yang kebetulan pernah tinggal di Indonesia . banyak rakyat negeri ini yang berharap banyak pada Obama , karena merasa bahwa Obama adalah salah satu warga Indonesia . dan ini semakin aneh jika melihat pemilu AS kemarin . dimana antusiasme TV untuk menyiarkan segala berita yang berhubungan dengan Obama begitu besar . tidak saya lihat pada pemilu negara laen , tidak pula pada saat pemilu Indonesia .
" Kota metropolitan di dunia ke tiga adalah nadi
dari jantung negara maju " ws. rendra..
pada baris puisi tersebut sy memahami inilah dunia yg sentralistik.. yg titik pusat-nya atau kiblatnya adalah negara us.. ( pd hal seharusnya titik orbit kita adalah makkah )..
maka ada benarnya juga bila teman sy mengatakan ajaran liberalisme, demokratisme melanggeng kan negara US itu pada struktural nation paling adi luhung..
Jelas skali kang, sperti judul artikel ini, tapi maaf aku tetap antipati melihat pidato 2hari kemarin...peace
haha..bukan Mas firdaus kalo gak sekritis ini......sebuah tulisan yang mampu membangunkan orang dari tidur panjang yang terlena dengan mimpi yang bukan mimpinya,...
thx sob...
daku baru mengenal dia akhir2 ini. tepatnya setelah dia dilantik, keingin tahuanku mengebu dan membaca seksama seluruh tulisan2 teman2 tentang dia. aku sendiri juga gak tahu apakah aku akan meng elukan dia karena pernah tinggal di indo atau tidak. yang pasti sangat disesalkan, dalam pelantikanya, sama sekali ia tak menyinggung soal pertikaian politik israel-palestian. dari persoalan yang menyedot perhatiaan kita sebagai manusia aja dia no komen apalagi soal tanah kita.
*mampir sesaat sebelum ngilang*tetep semangat ya?
Kebiasaan orang kita ... kalo ada yang terkenal atau orang penting ... pasti di akui sebagai saudara atau temen baik. Kita lihat saja kalo Obama dah gak jadi presiden lagi ... apa masih banyak orang kita yang mengeluhkannya ???
Dia bukan siapa-siapa untuk kita. Benar bahwa dia istimewa karena mampu menembus tembok rasial...
Mudah saja, bangsa itu adalah kita, sekumpulan manusia cerdas yang mengaku diri bernama Indonesia.
Saya yakin kang Firdaus berusaha bersikap netral dalam tulisan di atas. Bahkan di situ saya melihat sebuah arti yang lebih besar lagi, yaitu sebuah ajakan untuk bersikap dan bertindak mandiri, terutama menyikapi bangsa kita sendiri yang kondisinya seperti sekarang ini.
Menganggap seseorang sebagai "siapa-siapa" kita pun sudah dikatakan di sana, "bukan kesalahan mutlak", artinya sah-sah saja. Sekali lagi, ajakan untuk melek dan tidak hanya bermimpi mengharapkan mukjizat dari seseorang itulah hal yang penting.. mampu berdiri di atas kaki sendiri...
*Maaf Kang, itu hanya persepsi saya dari tulisan kang Firdaus..*
iya, saya sependapat dengan sampeyan mas. bangsa kita menaruh ekspektasi berlebih terhadap seorang Presiden kulit hitam pertama Amerika, yang pernah tinggal di menteng cuma 2 tahun. tetapi, selebrasi yang dirayakan orang amerika itu juga telah membius dunia untuk ikut salam hingar bingar. Kata Vladimir Putin, kekecewaan berlebih akan datang dari harapan yang berlebih. tapi kita lihat saja, kita amati bersama apakah Obama mampu mengatasi tantangan global seperti nuklir Iran, penarikan pasukan di Irak, melawan terorisme Taliban, bertanggung jawab atas emisi karbon, pembaharuan energi dann lain2. bagaimanapun juga, Obama tetaplah presiden Amerika yang saat ini sedang diterjang krisis moneter. Titik berat seorang presien adalah membangun negaranya sendiri dulu...
memang udah kebiasaan... luar negri minded.. nggak barang, nggak presiden, pasti org2 kita lebih mendewakan yg asalnya dari 'sono'..
salah nggak? salah banget... tapi ajaran dari dulu2nya gitu sih.. malah sampe sekarang makin menjadi, bukannya berkurang..
benar banget kang firdaus, memang sebenarnya yg banyak menghancurkan generasi kita termasuk saya di dalamnya, adalah media-media yg kurang bisa mendidik di negeri ini. setiap hari entah itu di radio atau tv, yang di duguhkan cuma mimpi mimpi belaka. :(
untung saya ga punya tipi, jadi ga tau kabar dari media wkakaa
memang ndak istimewa kok.. mari kita bilang dia itu istimewa kalo kebijakan2nya memberi cipratan kemudahan (dlm hal apapun)untuk bangsa kita..
"Siapa yang menguasai media, dia akan menguasai dunia" saya lupa itu kata kata siapa ya ? tapi yang jelas media memiliki peranan penting dalam membangun opini dan membentuk pemikiran, pikiran melahirkan tindakan...dst. Obama dan timnya mampu memanfaatkan kekuatan itu, kekuatan media, saya rasa kita tak perlu berharap banyak akan ada perubahan besar di era kepemimpinan obama.
yah, kalau ga ada harapan, mo diapain lagi. masa mau pasrah hehe
hm..mm Benar tuh Mas. masa semua stasiun tv Indonesia menayangkan ... sampai sebegitu hebohnya.. jadi terganggu saya yang nonton hari itu... ^_^ nice post Bro....
waduh bahasanya rada berat bagi saya.. wakakakka..
iya obama juga manusia biasa.. orang indonesia aja yg norak. mentang2 obama pernah tinggal di indonesia. :-D
itulah kekuatan media, bisa membrainwash kita semua hehe
kalau kata bapak gw sih ini yang namanya western minded xixii
tapi minimal kita bisa mempunyi harapan meski cuma sedikit terhadap barack bahwa akan tercipta kedamaian dunia..
tidak seperti george "hitler" bush yang nafsunya adalah menguasai dunia dengan bertopeng pada segala hal yang selama ini diyakini sebagai sebuah kebaikan manusia
harapan meski cuma sedikit adalah sebuah tujuan hidup untuk menuju hal yang lebih baik
setuju dah...., harusnya kita lebih peduli pada bangsa kita yang sedang dirundung masalah dari pada ngurusin obama
Obama bukan Tuhan, yang akan menghadirkan begitu saja sebuah ketentraman bagi penduduk dunia dan menyelesaikan carut marut sengketa yang semakin parah, seperti Tuhan menjatuhkan hujan atas gurun nan gersang dan tandus.
Masalahnya, rakyat negeri ini sedang terjebak dalam sebuah "kebahagiaan atas pengharapan" semu kepada seorang Obama. Mereka seperti sedang ikut bermain dalam sebuah sinetron, dimana dalam sebuah scene, tiba-tiba Obama datang dengan kuda putih dan pedang ksatrianya membelai dan membagikan uang bagi mereka sedang meratap dan menangis.
Tragis!
Lalu apa yang kita lakukan untuk membangunkan mimpi siang bolong rakyat negeri ini?
ya iyalah.....hmmmm obama kan cm manusia biasa yg psti ad kekurangan dan ad kelebihannya^_^
y...obama manusia biasa...
lima persen dari obama hehehe untuk indonesia, karena lima persen hidupnya obama di habiskan untuk di indonesia ?
itulah mayoritas teman kita saat ini. change!!!
lagi jalan-jalan sampe juga di blog sampeyan... yah sebaiknya kita lebih konsen ke urusan dalam negeri aja dech, ngapain ngurusan presiden lain dan ga usah terlalu berharap lebih, toch obama juga pasti lagi puyenk ngurusin negaranya yang lagi krismon juga. Bagi temen-temen yang mau baca artikel,ramalan dan pasang iklan gratis kunjungi saya ya di http://metroaktual.com ,salam kenal untuk semua...
wah... obamanya langsung jadi tua gitu yak... padahal baru beberapa bulan jadi presiden hehehe...
ah... orang indonesia baru kenal sedikit dari sisi obama pernah sekolah di indonesia dah seneng banget.. sampe2 ikut selamatan... duh... segitunya...
hehehe, emang kayaknya lebay banget ya orang Indonesia gembar-gemborin si Obama yg pernah tinggal di Indonesia...
Padahal waktu tinggal di sini juga si Obama nya masih bau kencur gitu...
wow!!!!
great finds....i must share:o)
Ya, Obama hanyalah Presiden aMEREKA. Bukan Presiden kita, Indonesia. :)
SBY presiden duniaaaa..hahaha
seperti yg lain, g bakalan sebagus itu. orang2 sekitar (=lobi) lebih berkuasa. coba kita lihat nanti ya. bagaimanapun, kita berharap lebih baik lah.
Beri Komentar
Silahkan tanggapi tulisan ini. Blognya firdaus mendukung "DO FOLLOW". Artinya, Setiap komentar yang diberikan, akan dibalas dengan backlink dari sini.
(Jangan buang-buang waktu dengan melakukan SPAMMING. Komentar yang ber'bau' SPAM akan dihapus.)
(Atau bila rindu menggunakan Form Komentar Lama Terima Kasih Yang Sebesar-besarnya)