Ketahui Ilmunya Sebelum Bicara


Ketahui Ilmunya Sebelum Bicara
"Janganlah kamu berhenti di atas sesuatu dan kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan mata hati seluruhnya akan dimintai pertanggung jawaban"
Jika kawan-kawan yang beragama islam, tentu tahu saya kutip dari mana kata-kata diatas. Jikapun tidak, Setidaknya kita semua setuju bahwa menyampaikan sesuatu haruslah didahului dengan pengetahuan atas apa yang akan disampaikan. (jika sampai titik ini, kawan-kawan tidak setuju lebih baik berhenti melanjutkan, dan saya sampaikan terimakasih).

Maaf. Untuk Gus yang telah rela memberi predikat 'ramah'. Gus, mungkin ini akan mengurangi keramahan itu. Untuk Mas Riasmaja, karena sore ini tiba-tiba suhu terasa lebih tinggi, malah tidak seperti siang tadi. Untuk Mas Oeoes, yang mampu meredam kekecewaan, sedangkan saya tidak.

Jika ada yang bertanya "Kenapa harus membawa-bawa ayat Tuhan?", maka akan saya jawab dengan sebuah pertanyaan balik "Lalu dengan apa saya harus berbuat selain dengan petunjuk Tuhan?"

Beberapa pekan terakhir, setidaknya ada tiga hal yang saya anggap sebagai bintik-bintik buruknya sikap kita dalam menanggapi sesuatu. Sebagai kotornya pemikiran kita atas sesuatu yang sebenarnya jauh dari persepsi yang kita ketahui. Tentang SPAM, DO FOLLOW dan KASTA BLOG. Anggap saja ini hanya sebuah kekecewaan mendalam dari seseorang yang tidak kawan-kawan kenal asal-usulnya, hanya saja takdir telah mempertemukan mata kawan-kawan dengan tulisan ini.

Pertama adalah munculnya tulisan "Apa Arti SPAM?" yang dikeluarkan oleh JoVie (jovieblog.blogspot.com) sejauh saya tahu adalah bentuk kekecewaan dari seringnya peristiwa asal tuduh ini. Misalnya ucapan "JANGAN NYEPAM DONG BOS!", seperti yang mudah saja meluncur mengarah pada seseorang yang hanya dengan tidak sengaja melakukan komentar dua kali karena kesalahan teknis. Tahukah bahwa itu bisa jadi sama pedihnya dengan seseorang yang untuk berjalan saja membutuhkan bantuan kursi roda, tapi dituduh mencuri sepeda motor sendirian.

Kedua adalah kejadian yang pernah dialami Gadis Rantau (kristinadiansafitry.blogspot.com) yang sempat mencabut banner atau logo Do Follow-nya, karena jenuh disangka tidak benar-benar Do follow. Lagi-lagi ini adalah akibat dari lebih mendahulukan tindakan daripada mencoba sejenak berfikir dahulu.

Atau juga sebuah surat terbuka mas Augusman (Zalukhu.com) pada seseorang yang menuduhnya menghujat, padahal dari apa yang ditulis beliau, sejauh saya boleh menilai hanyalah bentuk ingin diperlakukan layaknya pelanggan oleh penyedia layanan yang ia ikuti. Ini yang saya katakan dengan mulai dilestarikannya KASTA BLOG. Seorang yang disebut master atau seleb blog, dianggap sudah kebal kesalahan sehingga setiap orang tiba-tiba berhak membela si Master, tanpa mencoba duduk ditengah-tengah.

Satu hal yang tak kalah membuat kekecewaan ini semakin memuncak adalah ketika saya temukan sebuah tulisan, yang memberikan persepsi baru atas Do Follow Community. Di Tulisannya, kawan kita ini seperti (saya katakan "seperti") sedang menciptakan sebuah lingkaran definisi baru bahwa (sebagai contoh) banner di sebelah kanan atas sidebar paling kanan yang bertulis "You Comment I Follow" adalah berarti "Berkomentarlah disini, baru kemudian saya akan berkomentar di Blog anda". Saya sadar betul dengan kata-kata "sebagian blogger" yang berarti tidak semua. Hanya saja, maaf, saya justru semakin memicingkan sebelah mata saya ketika mendapati kata-kata "Saya masih saja belum menemukan maksud sebenarnya". Jika memang belum tahu maksud yang sebenarnya, masih pantaskah kita sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menelurkan sebuah tulisan yang pasti mengundang reaksi. Apalagi jika yang tertulis disana hanya akan makin membingungkan kawan-kawan kita yang lain, yang memang belum tahu betul apa maksud "Do Follow" tapi lebih memilih diam karena ketidak-tahuannya. Bukan dengan mengeluarkan tulisan bernada "pernyataan". Setahu saya peribahasa yang kita kenal adalah "Malu Bertanya Sesat Dijalan", bukan "Malu Bertanya, Sok Tahu Saja".

Apakah sebegitu berat untuk menahan diri dari mengatakan sesuatu yang belum ditemukan maksud sebenarnya?. Sama seperti pertanyaan (dalam hati) saya dalam permasalahan mas augusman (zalukhu.com), Apakah sebegitu berat menyampaikan permintaan maaf jika sudah 'duduk' menjadi master atau seleb blog?. Atau apakah akan jatuh harga diri jika penulis blog ber PR 4, 5, 6 atau 7 sekalipun untuk menarik kembali tulisannya, jika memang tulisannya salah?.

Jika jawabannya adalah "IYA". Maka sudahlah, saya saja yang meminta maaf pada kawan-kawan. Mohon Maaf Kawan-kawan.


Hak cipta gambar "Shut Up" ada pada www.chasthornhill.com

[+/-] Selengkapnya...

Kalau Boleh Dianggap Cermin Kedua : Desain


Apa jadinya, jika dua cermin dihadapkan satu sama lain? Ya, tentu akan menghasilkan bayangan sebanyak "tak hingga". Itulah harapan kita, menghadapkan cermin pertama (posting yang telah lalu) pada tulisan kali ini yang kita akan anggap sebagai cermin kedua. Supaya apa?, supaya kemudian akan mencipta imajinasi sebesar "tak hingga", utamanya dalam perkara desain layout blog.

Lagi-lagi sebagai pengingat. Prosentase hasil survey dibawah adalah hasil survey Smashingmagazine.com -yang sayangnya saat ini, blog tersebut sedang tidak bisa diakses, entah apa sebabnya. Paralel dengan ulasan Smashing Magazine, tulisan ini juga merupakan bagian kedua dari rangkuman survei terhadap 50 technorati top blog. Maka dari itu, kembali saya ingatkan, bahwa rentetan angka-angka prosentase di bawah, sama sekali bukanlah merujuk pada garis-garis besar efisiensi layout sebuah blog. Tapi lebih kepada tinjauan statistik semata, bagaimana seorang penulis atau desainer blog (yang 'dianggap' popular oleh technorati) mengemas desain layout blognya.

Tidak perlu mempersulit diri dengan bersusah payah "menyamakan diri" dengan mereka. Anggap saja selera kita dan mereka berbeda. Itu saja. Akan tetapi alangkah baiknya jika datang seorang kawan ke 'rumah' kita, hidangkan apa yang terbaik yang kita miliki. Semoga membantu kawan-kawan meramu 'hidangan terbaik'. Tapi selalu dan selalu saya ingin hendaknya kawan-kawan bersabar, karena "belajar tidak pernah mudah". Posting yang lalu terbilang panjang, maka posting kali ini... akan lebih panjang. Semoga bersabar. :)

Setelah pada pembicaraan yang telah lalu kita berbicara seputar Layout dan Tipografi sebuah desain blog. Maka kali ini kita akan melanjutkan pada pokok berikutnya yaitu Struktur, Penempatan Iklan, dan Fungsionalitas sebuah desain.

3. Struktur
Seperti halnya sebuah bangunan, tentu kita tidak akan semena-mena menjadikan langit-langit rumah sebagai lantai, atau menjadikan Garasi sebagai kamar mandi. Lebih kepada susunan arsitektural.

3.1. Letak menu navigasi
Seperti yang tertulis di smasingmagazine.com, memang benar adanya bahwa beberapa tahun yang lalu, seperti ada semacam peraturan tak tertulis dari banyar desainer situs yang meletak menu navigasi situsnya di bagian kiri layoutnya. Ternyata yang terjadi saat ini adalah seperti ini.
  • 58% meletakkan menu navigasi (vertikal) di bagian kanan layout,
    (Scobleizer, TPM, CrunchGear, Neatorama, Google Blog, DailyKos, Engadget),
  • 52% meletakkan menu navigasi (horizontal) di bagian atas layout,
    (A List Apart, Google Blogoscoped, Dooce, GigaOM, TreeHugger, Smashing Magazine, Mashable, ReadWriteWeb, Ars Technica, TechCrunch, Huffington Post),
  • 12% meletakkan menu navigasi (vertikal) di bagian sebelah kiri layout.
Mungkin ini salah satu contoh penempatan, dan desain yang cukup baik-setidaknya menurut saya. Selain cukup besar ukuran "TAB"nya, penggunaan warna (saat mouse hover diatas tab tersebut) yang kontras dengan warna sekitar, akan menarik mata. Tidak setuju dengan saya?, dipersilahkan, tapi sambangi dulu blog kang jaloe, baru kemudian kawan-kawan boleh menilai. :)

Bagaimanapun juga, yang jadi nilai utama (bagi saya) adalah kemudahan pembaca menjangkau menu tersebut. Saya kira inilah yang terpenting. Sebagai contoh buruk adalah Blog saya ini. Sampai saat ini juga masih saya pikirkan bagaimana solusi terbaiknya. Ada yang mau membantu? :p

3.2. Jumlah posting pada halaman utama
Mungkin langsung saja, karena sangat mudah dimengerti. Tapi sebagai tambahan supaya diingat, bahwa "semakin banyak jumlah posting pada halaman utama, akan semakin memperlama waktu loading halaman situs/blog kita".
  • 28% 14 - 18 posting pada halaman utama
    (Tuaw, Slashfilm, Gizmodo, TMZ, Lifehacker, ArsTechnica),
  • 26% 10 - 12 posting pada halaman utama
    (ProBlogger, TechCrunch, Dooce, ReadWriteWeb, CrunchGear),
  • 14% 20-26 posting pada halaman utama
    (ValleyWag, Seth Godin, Search Engine Land),
  • 10% 2 - 6 posting pada halaman utama
    (A List Apart, Smashing Magazine, CopyBlogger),
  • 10% 27 - 35 posting pada halaman utama
    (Kottke, Boing Boing, ThinkProgress, Neatorama),
  • 8% 7 - 9 posting pada halaman utama
    (GigaOM, Mashable, TreeHugger),
  • 2% 36+ posting pada halaman utama
    (Andre Sullivan, 50 posts).
Cukup.. janggal karena pernah pula saya coba mengeluarkan 15 posting di halaman utama dan hasilnya, seperti menunggu bis damri yang kesulitan keluar dari terminal. Tapi mungkin, yang patut digaris bawahi adalah, pertimbangan atas kemampuan loading server. Permasalahannya, untuk Blog yang cuma "membonceng" server Google, saya rasa keterbatasan itu bisa disikapi dengan tidak terlalu banyak menjejalkan posting yang terlalu banyak di halaman utama. Tentu tidak seluruh isi tulisan yang ditampilkan, melainkan excerpt atau abstraksi saja, yang jika menggunakan blogger, maka penggunaan "readmore" bisa menjadi alternatif yang baik.

3.3. Widget "related post" atau "popular post"
Sejauh saya bisa menilai, untuk blogger di Indonesia, malah kebanyakan memasang keduanya, baik Widget Related post maupun Popular post. Ya, saya juga sadari bahwa keduanya sama-sama membantu pembaca menemukan tulisan lain. Hasil yang diperoleh survei juga cukup berimbang "pendukungnya" karena memang sekali lagi, keduanya sama pentingnya.
  • 54% dari top blog menampilkan "Related Post" (GigaOM, CopyBlogger, ProBlogger, ReadWriteWeb, Mashable, Engadget, TreeHugger), Sisanya tidak menampilkan widget ini (Dooce, TechCrunch, BoingBoing).
  • 48% top blog menampilkan "Popular Posts". (Zen Habits, CopyBlogger, DailyKos, Mashable, ReadWriteWeb, Smashing Magazine and Huffington Post).
  • Selain itu juga ada hasil lain yang didapati yaitu hanya 16% top blog yang memasang "Most Recent Comments" (ReadWriteWeb, BoingBoing, TreeHugger, TMZ, Tuaw).
3.4. Isi Footer pada Blog
Saya tidak melihat dominasi isi tertentu untuk footer pada top blog ini. Memang pada umumnya footer adalah tempat untuk meletakkan Informasi yang lebih bersifat "administratif" semacam 'credits', alamat e-mail dan sebagainya. Tapi sebenarnya masih cukup besar opsi yang diberikan footer, cukup banyak yang bisa kita letakkan disana. Sebagai bahan pertimbangan saya bawakan apa yang bisa kita dapati di blog mas fatih ini. Footer yang sarat informasi tentunya akan menjadi nilai tambah. Selain itu juga akan menjadi bagian dari desain blog secara keseluruhan.
  • Copyright, legal, privacy, terms of service, terms of use (90%),
  • link menuju halaman “about us” atau "about me" (40%)
    (GigaOM, TMZ, ProBlogger, ReadWriteWeb, Ars Technica),
  • link menuju halaman advertising (38%)
    (Slashfilm, Dooce, GigaOM, ReadWriteWeb, Gizmodo).
  • link menuju informasi "contact-perosn" (30%)
    (Kottke, GigaOM, ReadWriteWeb, ProBlogger),
  • link untuk RSS-feeds blog tersebut, atau blog lain yang berhubungan (22%)
    (Slashfilm, Ars Technica, BoingBoing),
4. Penempatan Iklan
Saya kira ini yang patut jadi perhatian. Karena bagaimanapun, kita semua sering tersadarkan bahwa "Iklan lebih sering mengganggu ketimbang mendukung desain, karena kita memang tdak bisa berbuat banyak terhadap isi iklan tersebut". Tapi berhubung membuat blog manjadi lahan bisnis, tidak lagi dapat terbendung, maka sekiranya akan sangat baik jika kita pun memperhatikan peletakkannya. Atau setidaknya mengatur sedemikian rupa yang malah akan membuat pembaca kita semakin tertarik untuk melirik bahkan mendatangi iklan yang kita suguhkan.

4.1. Jumlah iklan per halaman
  • rata-rata 5,84 blok iklan untuk halaman utama
    (Mashable has most ads (20), TechCrunch wins the second place (15)),
  • rata-rata 5,96 blok iklan pada halaman artikel,
  • 68% blog menggunakan layanan Google AdSense
    (Kecuali : Kottke, Scoble, Joystiq, Tuaw, CopyBlogger, Valleywag, GigaOM),
Jumlah blok iklan pada halaman utama dan halaman artikel mendekati nilai yang sama. Hal ini sering terjadi mengingat kebanyakan Blogger atau web desainer harus menempatkan iklan berbentuk teks pada bagian isi posting juga. Berapapun itu, semua tergantung kawan-kawan. Jumlah iklan yang banyak per halaman tidak menjamin bisnis iklan kawan-kawan berjalan baik. Mungkin saja, tapi tidak selalu. Terlalu banyak iklan hanya akan membuat pembaca blog kita enggan singgah.

Sama halnya ketika dulu saya sering mengantar ibu saya ke pasar, atau supermarket misalnya. Akan sangat mengesalkan, jika harus menghadapi penjual yang terlalu ngotot menawarkan dagangannya. Saya sadar memang itu pekerjaannya. Tapi saya selalu teringat dulu ketika kakak saya sempat bekerja sebagai sales, ibu saya menitipkan sebuah pesan kepadanya "Berusaha semampunya dan sewajarnya saja ya, Rezeki sudah ada yang mengatur." Ada atau tidaknya korelasi cerita saya dan bisnis iklan kawan-kawan, rasanya saya kembalikan pada kawan-kawan saja. :)

4.2. Apakah iklan juga terdapat pada area isi tulisan?
Tujuannya, tentu sudah kawan-kawan mengerti. Terutama yang juga meletakkan iklan didalam area tulisannya.Hanya saran saya, pastikan konsentrasi pembaca tidak terganggu akibat iklan terebut. Itu pun jika saran saya diterima. Jika pun tidak, tidak apa-apa.
  • 76% tidak menempatkan iklan di dalam (tengah) artikel (tapi pada bagian sebelum atau sesudah area artikel, lihat hasil setelah ini)
    (Dooce, A List Apart, ReadWriteWeb, Mashable, TechCrunch, BoingBoing),
  • 44% menempatkan iklan dibawah artikel dan diatas kolom komentar
    (ProBlogger, Zen Habits, Engadget, Smashing Magazine, Tuaw, CopyBlogger, GigaOM),
  • 18% menempatkan iklan di dalam (tengah) artikel
    (Huffington Post, Yanko, PerezHilton, Slashfilm, Search Engine Land),
  • 6% menempatkan iklan tepat dibawah headline, sebelum area artikel
    (Smashing Magazine, Neatorama, Yanko),
4.3. Letak iklan pada layout
Tentu untuk permasalahan letak iklan, sangat bergantung pada desain layout secara keseluruhan pada templates yang kawan-kawan gunakan. Jika memandang efisiensi, maka mungkin cara tebaik adalah dengan menempatkan iklan tersebar di tiap bagian. Tapi karena kita sedang bicara pada konteks desain, maka hasilnya bisa jadi berbeda. Supaya tidak terlalu lebar lingkup pembicaraan, maka survei yang dilakukan oleh smashing.com ini hanya membagi penempatan iklan secara global saja.
  • terdapat iklan di bagian sebelah kanan layout (88%)
    (GigaOM, CopyBlogger, Engadget, TechCrunch, Smashing Magazine),
  • terdapat iklan di bagian atas layout (42%),
    (Gizmodo, Talking Points Memo, Autoblog, TreeHugger, TMZ, PerezHilton),
  • terdapat iklan di bagian kiri layout (34%)
    (Lifehacker, Mashable, Gizmodo),
  • terdapat iklan di bagian bawah layout (24%),
    (Andrew Sulivan, Tuaw, Wired).
  • Tanpa iklan (8%),
    (Google Blog, Think Progress, Seth Godin).
Mungkin bisa diambil sebagai contoh adalah blog bang hakim yang menempatkan Luna Maya Iklan di bagian kanan layout blognya.

Kreatifitas kawan-kawan akan sangat diuji jika memang kita mengijinkan iklan berada di dalam blog kita. Bagaimanapun sudah sangat dimengerti bahwa memang sebagian besar dari pemilik blog saat ini, juga me-monetize blognya. Permasalahan teknis lain mungkin akan lebih baik jika kawan-kawan belajar pada seseorang yang memang sudah punya banyak pengalaman pada persoalan ini.

5. Fungsionalitas
Tentu dari empat poin yang sudah kita bicarakan, semuanya harus mengacu pada poin terakhir ini. Apakah kesemuanya membawa kita pada ujung yang berfungsi? Jika tidak, maka mungkin jalan lain yang harus ditempuh.

Sewajarnya sebuah blog, maka yang kita bicarakan tidak jauh dari penggunaan social button, RSS-Feed Button, Tag Cloud, Pagination atau Search Box. Untuk poin terakhir ini, akan langsung saya hamparkan hasil surveynya.

5.1. Social Button
  • 54% top blog menempatkannya di bawah posting
    (GigaOM, ProBlogger, Mashable, Ars Technica, BoingBoing, ReadWriteWeb),
  • 38% tidak menggunakan social button
    (Dooce, Google Blogoscoped, Scobleizer, Political Ticker),
  • 8% menempatkannya di atas posting
    (Smashing Magazine, TreeHugger, The Huffington Post).
Salah satu penempatan yang cukup apik ditunjukkan oleh Abi di blognya, Abibakarblog.com.

Memang terdapat beberapa yang menggabungkan atau meringkas seluruh layanan social-bookmarking menjadi satu dalam sebuah button, seperti Addthis. Akan tetapi, justru terkadang, dengan menampilkan langsung Ikon masing-masing layanan tersebut malah akan memberi sebuah aksen khusus dan unik.

5.2. RSS Button : Posisi dan Tampilan Visual
Adalah biasa ketika kita menemui RSS-Button yang diletakkan di bagian 'Header' Blog.
  • 38% dari top blog menampilkan RSS-button di bagian 'header',
  • 28% meletakkannya di bagian atas sidebar.
  • 8% di bagian tengah sidebar,
  • 14% di bagian bawah sidebar,
  • 8% di bagian footer. Akan tetapi dari 8 % ini, kebanyakan RSS-Button di bagian footer-nya, hanya sebagai RSS-Button sekunder saja.
Bicara desain, maka tidak akan habis dalam satu malam saya kira. Banyak desain yang tersedia dan mungkin bebas digunakan juga, Ambil yang kawan-kawan suka dan sekiranya cocok dengan tema blog.

5.3. Tag Cloud
Salah satu yang sudah tidak asing lagi. Tapi cukup mengherankan.
  • 90% dari top blog tidak menggunakan Tag Cloud. Melainkan hanya menampilkan menu navigasi biasa.
5.4. Pagination
Inilah yang membagi halaman menjadi multi-page. Contoh paling sering kita temui ada pada search engine Google. Di bagian bawah akan kita temui angka 1 - seterusnya, yang mewakili halaman yang siap ditampilkan. Tapi lagi-lagi, ternyata :
  • Hanya 22% dari top blog yang menggunakan 'pagination'
    (among them are Dooce, GigaOM, Mashable, ReadWriteWeb).
  • 60% top blog menggunakan navigasi biasa seperti "Next" dan "Previous" saja, bukan dengan 'pagination'. Yah, setidaknya khusus untuk hal ini, layout standar blogger sudah menyediakannya. :p
5.5. Letak Search-Box
  • 62% dari top blogs menempatkan search-box di bagian atas kanan layout. 58% dari mereka menempatkannya di bagaian header, sisanya adalah di bagian atas sidebar.
  • 16% diletakkan dibagian tengah sidebar
5.6. Letak Link Menuju Halaman 'Kontak'
Agak kurang diperhatikan, karena mungkin sedikit terlindas oleh "ShoutBox" yang sekarang lebih banyak diminati (Sepengetahuan saya). Padahal, sekiranya meninggalkan pesan "personal" sering dilakukan. Mungkin menyediakan halaman kontak tersendiri akan terasa gunanya.
  • 52% menempatkan link ini di sidebar
    (Engadget, TMZ, DailyKos, Smashing Magazine),
  • 40% menempatkannya di Header
    (A List Apart, Dooce, CopyBlogger, ProBlogger, Ars Technica, Tech Crunch),
  • 30% menempatkannya di Footer
    (ReadWriteWeb, ProBlogger, Mashable, TMZ),
  • 4% diantaranya meletakkan link ini di halaman "About Us" atau "About Me"
    (TreeHugger).
5.7. Standard-Conform kah?
Mungkin inilah yang dinamakan happy ending. Bagaimana tidak. Lihat saja hasil yang didapat.
  • 96% top blog TIDAK standard-conform,
  • 8% terdapat 500 error,
    (Ben Smith’s Blog, Neatorama, Search Engine Land),
  • 28% terdapat 200 - 499 error,
    (BoingBoing, ProBlogger, Google Blog, Engadget),
  • 24% terdapat 100 - 199 error,
    (TreeHugger, Mashable, ReadWriteWeb, Gigazine, TUAW),
  • 22% terdapat 50 - 99 error,
    (TechCrunch, CopyBlogger, Dooce, Ars Technica, Lifehacker),
  • 10% terdapat 1 - 49 error,
    (Kottke, GigaOM, AutoBlog, Google Blogoscoped),
  • 4% terdapat 0 error.
Jadi, bisa disimpulkan dari 50 technorati top blog, hanya 2 blog saja yang tidak terdapat error pada badan programnya. Mungkin inilah satu2nya kesamaan blog saya ini. :p

Sebab utamanya adalah.. Ya IKLAN. Seringkali penyedia jasa layanan iklan tidak mempergunakan Syntax yang "valid". Tapi sebagai contoh, tidak perlulah terlalu jauh ke penyedia layanan iklan. Blogger sendiri pun, masih mengijinkan syntax <b> digunakan untuk mempertebal font (pada kolom komentar misalnya) padahal kitapun tahu bahwa syntax tersebut tidak XHTML Valid, Yang valid adalah <strong>

Ah, Aya-aya wae.


Yup, selesai sudah. Bagi yang ingin bercermin dipersilahkan. Terimakasih sudah berkenan berada disini. Jika memang benar-benar membaca tulisan ini, mungkin pada titik ini kawan-kawan merasa lelah. Maka (lagi), pejamkan mata selama 2 menit untuk sekedar melepas lelah sejenak. Dan, selamat melanjutkan aktifitas kawan-kawan.

[+/-] Selengkapnya...

Untuk Negeri(ku) dan Rumah(nya)


Kemerdekaan kah?Saya bawakan kawan-kawan sebuah kontradiksi yang mungkin bagi sebagian persona ("social mask") ini adalah hal biasa yang sudah Tuhan gariskan dan tak perlu lagi di utak-atik, meski sebagian lain masih terus memperjuangkan dengan segenap apa yang dipunya. Untuk sebuah perkara yang sebenarnya sudah Tuhan turunkan kepada kita semua pada manusia sebagai hak.

Sedianya dengan tanpa ada rasa takut, tanpa adanya kewaspadaan berlebih. Hanya ingin menjalankan satu-satunya yang harus kita lakukan sebagai manusia. Beribadah kepadaNya. Ibu disamping ini adalah satu dari sekian yang sulit merasakan bagaimana indahnya beribadah, sujud kepada Tuhannya tanpa rasa gundah.

Kewaspadaannya bukan pada bisingnya suara televisi, bukan pada suara tangis menggemaskan anak-anak, bukan pula suara pawai peringatan kemerdekaan. Tapi bisingnya suara senapan mesin, suara tangis mengenaskan anak-anak, suara pawai panser yang siap menghancurkan rumahnya kapan saja.

Tapi sementara di belahan bumi lain, yang negerinya diberi Tuhan keterjaminan alam yang baik. Di negeri yang dengan lantang berikrar bahwa "ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA" kebebasan itu teraih....

Di negeri yang mengikrarkan kemerdekaan dirinya sejak 63 tahun lalu. Masih pantaskah untuk tidak membasahkan bibirnya dengan selalu berucap syukur? Masih pantaskah mereka yang diberi amanah mencuri "beras"?

Maaf, jika tiba-tiba seperti hanyut dalam patriotisme lain. Entah mengapa saat pawai kegembiraan itu lewat didepan rumah tadi malam, dengan segala atribut ala perayaan hari kemerdekaan, tiba-tiba teringat pada sebuah tempat, yang bagi saya dia adalah "NEGARA" tapi oleh dunia hanya diakui sebagai "TERITORIAL" saja. Ya, Palestina...

Bukan tanpa sebab, bukankah kita yang diakui merdeka masih sering lupa pada Pemberinya? Bahkan ucapan (sakral) layaknya PROKLAMASI hanya dijadikan gurauan iklan televisi.

Ah, sudahlah. Jika gus pernah merasa dirinya adalah seperti "Pasir Berbisik". Maka apalagi saya, yang tak lebih dari "Angin Rumput Savana".

Lalu apa yang bisa dikata?... Maka Kutipan Kang Jaloe "Do'a memberikan kekuatan yang lemah. Membuat orang tidak percaya menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan" yang mungkin bisa diperbuat.

Mohon do'akan pemimpin-pemimpin negeri kita supaya diberi taufik dan hidayah dari Tuhan.
Mohon do'akan juga Palestina...


Untuk Negeri(ku) dan Rumah(nya)... MERDEKAA!!..



Hak cipta gambar ada pada myspace.com/palestine

[+/-] Selengkapnya...

Kalau Boleh Dianggap Cermin : Desain


Desain BlogKarena didepan cermin, bisa jadi kita tertawa-tawa sendiri, atau jadi bersyukur akan eloknya paras kita kemudian berdoa supaya di elokkan pula hati kita, atau malah mengutuk satu jerawat yang sebenarnya tidak terlalu bermasalah :). Apa yang akan kita telaah ini hanya satu dari sekian contoh survei yang dilakukan oleh smashingmagazine.com pada tanggal 24 Juli lalu, khususnya dalam menilai desain blog-blog besar, atau blog popular saja. Beberapa hari yang lalu tulisan tersebut saya baca, kemudian ingin rasanya saya sampaikan lagi pada kawan-kawan tentu dengan kapasitas dan segala kekurangan saya. Kalau boleh mengingatkan, ini sama sekali bukan sebagai parameter mana yang benar dan salah, mana desain yang bagus atau desain yang tidak bagus. Karena jika berbicara permasalahan desain terutama pada desain blog atau situs, maka kita akan lagi-lagi terbentur dengan persoalan selera dan juga konten atau isi blog tersebut. Ada baiknya jika desain untuk blog kawan-kawan terpadu dengan tujuan lain yang sedang ingin dicapai, misalnya kemudahan kita membaca tulisan, atau variabel lain yang rasanya akan semakin terdukung dengan desain yang baik pula. Tidak seluruhnya saya bawakan, maka lagi-lagi saya ingin kawan-kawan menjadikan tulisan saya ini sebagai prioritas paling akhir dari referensi mengenai desain terbaik untuk blog kawan-kawan yang mungkin akan jauh lebih baik.

Sample yang digunakan adalah 50 blog dari "Technorati’s Top 100". Melihat bagaimana pengambilan sample yang dilakukan oleh smashingmagazine.com ini, kita kemudian akan semakin menyadari bahwa hasil survei yang dilakukan tidaklah selalu berarti yang terbaik. Untuk itulah kenapa saya beri judul, "Kalau Boleh Dianggap Cermin : Desain". Silahkan disikapi saja dengan apa yang terlintas, tapi lagi-lagi harus ditanamkan sejak awal, bahwa ini bukan berarti adalah desain terbaik, semuanya kembali pada kita masing-masing. Karena tidak sedikit saya mendengar beberapa kawan-kawan yang sudah "kadung nya'ah", "kadung tresno", "jatuh cinta", katanya, pada templates yang sedang digunakan. Jika masih ingat dengan kuis televisi asal luar negeri "Family Feud" yang pernah diadaptasi di Indonesia, maka mungkin bisa ambil tulisan ini sebagai 'kesenangan' semacam itu saja.

Untuk yang menggunakan Blogger atau Blogspot, tentu mudah jika ingin sekedar 'mencomot' satu atau dua poin yang Blog-blog ini gunakan. Untuk yang menggunakan Wordpress (.com), mungkin ini bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih-milih template yang akan digunakan, dari templates yang sudah disediakan.

1. Layout
Berbicara tentang desain blog atau situs sekalipun, maka tidak akan terlepas jauh dari bagaimana kita mengelola layout atau tata letak, yang jika kawan-kawan menggunakan Blogger atau Wordpress(.Org) sebagai mesin blog, maka akan mudah kita melakukan modifikasi. Apakah menggunakan 2 kolom atau 3 kolom-lebih? Apakah diletakkan ditengah atau rapat kiri? Menggunakan fixed-layout atau mungkin fluid-layout?.

1.1. Jumlah kolom yang digunakan dalam templates.Layout 3 Kolom
Jika bicara berapa banyak kolom yang digunakan, maka akan kembali pada permasalahan filosofis, atau masalah 'selera' yang saya sebut diatas tadi. Jadi mungkin, berapa banyak jumlah kolom akan sangat bergantung dengan bagaimana isi dan apa saja yang ingin disajikan. Penggunaan layout dengan desain 2 kolom, dari hasil pengalaman sendiri akan memberi kontribusi konsentrasi yang besar terhadap isi posting itu sendiri, bukan pada "pernak-pernik" yang disematkan pada sidebar. Tapi sebaliknya, juga terkadang menyulitkan jika memang "pernak-pernik" itu sangat dibutuhkan.
  • 58% menggunakan layout 3 kolom atau lebih
    (TalkingPointsMemo, CopyBlogger, Mashable, Lifehacker),
  • 42% menggunakan layout 2 kolom
    (Zen Habits, GigaOM, Google Blog, Seth Godin, Boing Boing).
1.2. Margin atau jarak tepi. Ditengah atau Rapat-Kiri ?
Karena semakin banyak pengguna internet yang menggunakan resolusi tinggi untuk komputernya, maka memposisikan kolom-kolom layout yang seimbang antara margin atau jarak tepi kanan dan kiri menjadi pilihan yang lebih sering digunakan.
  • 94% dari blog-blog ini menggunakan centered-layout.
1.3. Fixed atau Fluid (elastis/flexibel)
Mungkin ini yang cukup aneh khususnya untuk saya, karena ternyata dominasi fixed layout cukup tinggi, dibanding layout yang elastis atau mengikuti lebar browser yang digunakan.
  • 92% blog menggunakan fixed-layout,
  • 8% menggunakan fluid layout atau paduan antara fixed-layout dengan elemen halaman fluid-layout.
    (Engadget, Smashing Magazine, Gigazine, Coorks dan Liars).
1.4. Lebar layout (fixed)
Jika memang layout tidak flexibel lebih banyak digunakan, maka selebar apa yang digunakan blog-blog ini. Jelas ini adalah sebuah pertimbangan yang harus dipikirkan baik-baik. Memang benar, bahwasannya penggunaan layar monitor ber-resolusi tinggi sudah kian banyak digunakan. Tapi sampai sebesar apa?
  • 56% berlebar 951 – 1000px
    (ars technica, Lifehacker, TechCrunch, ProBlogger, A List Apart, TMZ, Wired, GigaOM, Joystiq, Zenhabis, Copyblogger, Consumerist, Slashfilm),
  • 20% berlebar 901 – 950px
    (Huffington Post, BoingBoing, TreeHugger, Dooce, Blogoscoped, SearchEngineLand),
  • 15% berlebar 801 – 900px
    (Neatorama, Kottke, DailyKos, Perezhilton, TUAW, Yanko Design, Scobleizer),
  • 9% berlebar ≤ 800px
    (PostSecret, Seth Godin, Google Blog, BeppeGrillo.it).
1.5. Perbandingan luas area ISI posting dengan lebar keseluruhan. (fixed-layout)
Perbandingan Margin pada Desain BlogSeberapa banyak lahan yang kita gunakan untuk isi posting atau isi utama blog kita?. Tentu secara kasar, kita akan menjawab tentu isi posting harus lebih di dominasikan ketimbang yang lainnya, misalnya sidebar. Kita ambil sebuah contoh blog yang terlihat pada gambar disamping kanan ini. Boingboing.net menggunakan 550px dari keseluruhan lebar layout 870px. Ini berarti prosentase isi terhadap lebar layout, perbandingan antara isi posting dengan sisanya adalah sampai dengan 63%. Memang akan agak aneh sekaligus mengganggu jika memaksakan kombinasi terbalik. Salah-salah malah mungkin pembaca tidak sanggup mengerti dimana letak isi yang sebenarnya. Atau jika memang ingin melakukan kombinasi, maka ada baiknya tetap ada satu posting yang lebih ditonjolkan dari isi lain. Mengabaikan kenyamanan pembaca (-dalam hal desain), tentu juga akan juga serta merta menurunkan nilai estetikanya.
  • 96% menghabiskan lebih dari setengah (50%) lebar keseluruhan untuk isi posting.

    (kecuali: CopyBlogger (48%), SlashFilm (48%),
  • 54% menghabiskan 50 – 60% lebar layout untuk isi posting.
    (Mashable, Lifehacker, Kottke, Blogoscoped, A List Apart, BoingBoing, DailyKos, TreeHugger, Scobleizer, Problogger, TUAW, bits.blogs.nytimes.com)
  • 46% menghabiskan 60 – 70% lebar layout untuk isi posting.
    (ars technica, TechCrunch, GigaOM, Dooce, Zenhabits, CNN Political Ticker, CrunchGear)
  • maka nilai rata-ratanya adalah 58% dari keseluruhan lebar layout dipergunakan untuk isi posting oleh blog-blog ini.


2. Tipografi
Setelah layout, kita akan beranjak pada sudut pandang tipografi sebuah desain blog. Sebuah sudut pandang memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada keseluruhan ruang layout, sehingga menciptakan kesan tertentu yang membantu menolong pembaca tentu masih dalam kerangka kenyamanan pembacaan.

2.1. Pengaturan kombinasi tema warna
Apakah "hitam diatas putih", ataukah sebaliknya. Sebagai analisis tambahan, pernah mybloop.com menggunakan layout berlatar gelap. Pada suatu waktu, saya yang juga ikut 'numpang' file disana "dihadiahi" layout baru dari mybloop. Penjelasan mereka, "Supaya tampak lebih profesional, dibanding dengan latar gelap (hitam)". Entah sejauh mana kebenaran pendapat itu, tapi terlihat juga dari yang terjadi pada blog-blog yang sedang kita amati ini.
  • 98% dari top-blog ini menggunakan teks gelap diatas latar putih atau terang.
Hanya postsecret.blogspot.com yang menggunakan kombinasi sebaliknya. Tapi lagi-lagi saya katakan, itu tidak berpengaruh meninjau topik yang dibawakan oleh postsecret juga saling bersesuaian dengan kombinasi wana seperti ini.

2.2. Banyaknya karakter huruf per-baris.
Untuk menjaminkan kenyamanan pembacaan, tentu banyaknya karakter dalam satu baris pada posting, juga cukup penting jika diperhatikan. Tentu kenikmatan membaca tulisan dengan jumlah karakter (termasuk spasi, titik, koma, dan sebagainya) yang terlalu banyak dalam satu barisnya, akan lebih merepotkan dibanding dengan yang lebih sedikit. Tapi terlalu pendek, juga akan menyebabkan tulisan terus terlalu 'menjulur' ke bawah, yang bisa jadi akan membuat pembacaan menjadi lebih merepotkan.

Dalam melakukan penghitungan jumlah karakter, smashing magazine menggunakan seting standar browser yang disertakan pada style-sheet masing-masing blog. Dan hasil yang didapat adalah sebagai berikut.
  • 10% menggunakan 65-74 karakter per-baris
    (PostSecret, Beppegrillo, Perez Hilton, Scobleizer, Blogoscoped),
  • 18% menggunakan 75-84 karakter per-baris
    (Dooce, Blogs.nytimes.com, Joystiq, CopyBlogger, TUAW, Slashfilm),
  • 34% menggunakan 85-94 karakter per-baris
    (Lifehacker, Huffington Post, Kottke, ars Technica, Huffington Post, BoingBoing, Seth Godin, Treehugger, Problogger),
  • 18% menggunakan 95-104 karakter per-baris
    (Mashable, ReadWriteWeb, Smashing Magazine, Google Blog, A List Apart, Search Engine Land),
  • 16% menggunakan lebih dari 105 karakter per-baris
    (Engadget, TechCrunch, GigaOM, Wired, TMZ).
Dan yang cukup menarik. Tidak satupun blog-blog tersebut menggunakan justified text-alignment (seperti blog saya ini :p ), 100% blog menggunakan left text-alignment atau teks rapat kiri.

2.3. Font pada body-text dan ukurannya
Keterbatasan font standar terutama ketika sebuah tulisan harus online, juga akan membuat pilihan pemakaian font akan cukup sempit. Bagaimana dengan top 50 kita ini?.
  • 34% menggunakan Verdana (sans-serif) untuk body-text
    (A List Apart, Kottke, TUAW, CopyBlogger, Dooce, ars technica, TechCrunch, Smashing Magazine),
  • 24% menggunakan Lucida Grande (sans-serif, included with Mac OS X)
    (Zenhabits, Mashable, Lifehacker, CrunchGear, Thinkprogress),
  • 18% menggunakan Arial (sans-serif)
    (ReadWriteWeb, Engadget, Google Blog, CNN Political Ticker),
  • 14% menggunakan Georgia (serif)
    (Scobleizer, GigaOM, Wired, BoingBoing, Huffington Post),
  • 6% menggunakan Trebuchet MS (sans-serif)
    (Andrew Sullivan, Seth Godin, Postsecret),
  • Helvetica Neue (ProBlogger) dan Times New Roman (TPM) hanya digunakan oleh kedua blog ini.
Sedang untuk ukuran (bila menggunakan satuan 'em' maka dikonversi kemudian dibulatkan).
  • 34% blog menggunakan 12px
    (SearchEngineLand, TUAW, Mashable, ars technica, Engadget, Smashing, DoshDosh, TreeHugger),
  • 30% blog menggunakan 13px
    (Consumerist, CopyBlogger, Zenhabits, Valleywag, Lifehacker, Huffington Post, BoingBoing, Seth Godin, Google Blog),
  • 14% blog menggunakan 14px
    (TPM, GigaOM, Wired, ReadWriteWeb, Gigazine, ProBlogger),
  • 12% blog menggunakan 11px
    (A List Apart, Kottke, Neatorama, Dooce, TechCrunch, Dailykos),
  • 4% blog menggunakan 15px
    (Scobleizer),
  • sisanya menggunakan ukuran 10px, 16px dan 17px.
2.4. Font pada Headline-text atau Judul Posting dan ukurannya
Terakhir akan kita tinjau ukuran dan font apa yang banyak digunakan oleh blog-blog top ini untuk menghias judul tulisan di blog mereka.
  • 30% blog menggunakan Arial (sans-serif)
    (CNN Political Ticker, Scobleizer, TPM, Crooksandlliars, Joystiq, Dooce, PerezHilton, ReadWriteWeb, Engadget, Google Blog, TreeHugger),
  • 22% menggunakan Georgia (serif)
    (A List Apart, Andrew Sullivan, Blogs.nytimes.com, GigaOM, Wired, Huffington Post, BoingBoing),
  • 8% menggunakan Lucida Grande (sans-serif)
    (Tuaw, ThinkProgress, Lifehacker, Crunchgear),
  • 8% menggunakan Helvetica (sans-serif)
    (Zenhabits, Mashable, ars technica, Smashing Magazine),
  • 6% menggunakan Verdana (sans-serif)
    (Blogoscoped, Neatorama, DailyKos),
  • 6% menggunakan Trebuchet MS (sans-serif)
    (Slashfilm, Postsecret, Seth Godin),
  • 4% menggunakan Helvetica Neue (sans-serif)
    (CopyBlogger, ProBlogger),
  • Sisanya adalah Calibri (SearchEngineLand), American Typewriter (Valleywag), Lucida Sans Unicode, Franklin Gothic Medium, Tahoma (TechCrunch) dan tanpa headline sama sekali (Kottke) yang digunakan masing-masing untuk satu blog saja.
Untuk ukuran yang dipakai adalah sebagai berikut :
  • 24% menggunakan 20-22px
    (BoingBoing, PerezHilton, Blogoscoped, Google Blog, TechCrunch, ReadWriteWeb),
  • 22% menggunakan 23-25px
    (CopyBlogger, ProBlogger, Lifehacker, Mashable),
  • 22% menggunakan 17-19px
    (Tuaw, Scobleizer, TreeHugger, A List Apart, Gizmodo),
  • 16% menggunakan 14-16px
    (YankoDesign, Dailykos, ars technica, Seth Godin),
  • 6% menggunakan 26-29px
    (Engadget, GigaOM, Wired, Dooce),
  • 0% menggunakan 10-13px untuk judulnya.

Ya, seperti itulah yang bisa tersampaikan oleh saya. Sekiranya kawan-kawan ingin sekedar bercermin, dipersilahkan bagi yang ingin. Atau jika setelah membaca kemudian lelah, silahkan istirahat sejenak pejamkan mata 2 menit, lalu lanjutkan perjalanan aktifitas kawan-kawan. :)

[+/-] Selengkapnya...

Memberi Nomor Urut Pada Komentar di Blogspot


Nomor Urut Pada KomentarHilanglah satu kepenasaran untuk memberi nomor urut pada komentar / menomori komentar sesuai dengan urutan komentar dari pembaca pada tulisan kita, khususnya kita yang menggunakan Blogspot. Pada Platform Blog Wordpress sering kita temui pada kolom komentar terdapat nomor urut untuk masing-masing pemberi komentar, sesuai dengan datangnya komentar tersebut. Lalu apakah penomoran ini bisa dilakukan di blogger a.k.a blogspot (itu gaya bicara adik saya, jika menyebut kata "alias"). Maka jawabnya bisa.

Tulisan berikut adalah terjemahan bebas dari tulisan Fernandooo1 di blog miliknya Randomness. Kawan-kawan bisa langsung merujuk kesana jika menginginkan. Setelah saya baca dan praktekkan, kemudian yang saya lakukan adalah mencari dengan Google dengan keyword "Memberi Nomor Urut Pada Komentar". Harapan saya adalah menemukan tutorial tersebut dalam bahasa indonesia. Sebuah blog memang ada, di urutan pertama pula, yaitu blog Tito-Kun. Tapi sayang malah keterangan "Page not found" muncul. Maka sampailah saya pada penulisan ini. Tulisan ini tak lain hanyalah usaha pembelajaran.

Menurut Fernandooo1, cara ini punya kelebihan juga kekurangan. Jangan mengerutkan dahi dulu, sekarang lihat alasan yang dia kemukakan
Advantages:
• It is a nice way of differencing each comment.
• It allows you to get the permalink of each comment, and this may work for future references (e.g.: “You should read this comment [URL goes here], I found it very interesting”).
• Indispensible for design purposes.

Possible disadvantage:
• If you’re lazy, you may find it too long and difficult, though that’s exactly how styling your blog is always going to be. Patience is the clue!
Ternyata itu alasannya kekurangannya. Huruf yang saya tebali "permalink of each comment" maksudnya adalah, memberi alamat/URL unik untuk tiap-tiap komentar. Sebagai contohnya adalah permalink berikut:
http://randomnessf1.blogspot.com/2008/08/translation-numbering-comments.html?showComment=1218148560000#comment-2725052588975512324

Alamat diatas adalah URL Unik milik komentar saya di Blog milik Fernandooo1. Jadi ketika di klik maka kita akan langsung dibawa ke blog dia, sekaligus langsung ke kolom komentar yang saya berikan. Sebenarnya untuk templates standar, permalink untuk masing-masing komentar juga telah ada, yaitu pada "tanggal/waktu" komentar. Nah untuk yang menggunakan templates modifikasi, bisa jadi permalink ini dihilangkan, maka cara ini akan sekaligus mengembalikan permalink pada komentar di blog kawan-kawan.

Jadi jika kawan-kawan ingin mengutak-atik blog kawan-kawan dan juga merasa bukan pemalas, maka silahkan melanjutkan. Tapi jika sebaliknya.. atau memang ragu atau tidak mau maka saya pun tidak bisa memaksa :)

Kita mulai saja
  1. Setelah Sign-in dan masuk ke Dashboard >> Layout >> Edit HTML, lalu beri tanda centang(thick) di "Expand Widget Templates".
  2. BACKUP templates kawan-kawan sebelum memulai pengeditan . Harap perhatikan karena ini penting, dan jadikanlah perilaku ini sebagai kebiasaan, sebelum melakukan perubahan pada templates kita.
  3. Cari kode dibawah ini dan tambahkan kode yang saya beri warna merah. Agar lebih mudah gunakan fasilitas "find" atau "search" pada browser kawan-kawan :
    <dl id='comments-block'>

    <script type='text/javascript'>var CommentsCounter=0;</script>

    <b:loop values='data:post.comments' var='comment'>

    <div class='' expr:id='data:comment.id'>

    <dt class='comment-author' expr:id='"comment-" + data:comment.id'>
    <a expr:name='"comment-" + data:comment.id'/>
    <b:if cond='data:comment.authorUrl'>
    <a expr:href='data:comment.authorUrl' rel='nofollow'>
    <data:comment.author/>
    </a>
    <b:else/>
    <data:comment.author/>
    </b:if>
    <data:commentPostedByMsg/> <!-- Mungkin saja baris ini tidak terdapat
    pada templates kawan-kawan. Tapi itu tidak masalah -->


    <span class='numberingcomments'>
    <a expr:href='"#comment-" + data:comment.id' title='Comment Link'>
    <script type='text/javascript'>
    CommentsCounter=CommentsCounter+1;
    document.write(CommentsCounter)
    </script>
    </a>
    </span>

    </dt>

    <dd class='comment-body'>
    .......
    </dd>

    </div>
    </b:loop>
    </dl>
  4. Selanjutnya kita tinggal menambahkan kode berikut pada bagian CSS templates kita. Letakkan kode berikut tepat diatas kode ]]></b:skin> :
    /*Mulai css Comments Numbering*/
    .numberingcomments{
    float: right;
    display: block;
    width: 50px;
    margin-right: 5px;
    margin-top: -35px; /*POSISI NOMOR URUT KOMENTAR*/
    text-align: right;
    font-family: 'Century Gothic','Lucida Grande',Arial,Helvetica,Sans-Serif;
    font-size: 30px;
    font-weight: normal;
    }

    /*since the numbers are actually links, we need to force the color properties*/
    .numberingcomments a:link, .numberingcomments a:visited {color: #445566 !important; text-decoration: none !important;}/*selesai css Comments Numbering*/

    .numberingcomments a:hover, .numberingcomments a:active {color: #FF9933 !important; text-decoration: none !important;}/*selesai css Comments Numbering*/
  5. Save Templates dan Selesai.

Nomor urut komentarJika ingin mengubah bentuk font, warna atau mungkin posisi nomor urut tersebut, tentu seperti yang kita ketahui yang perlu dilakukan hanyalah dengan mengganti kode pada poin ke 4. Sekaligus mengingatkan, bahwa bentuk templates yang berbeda-beda menyebabkan letak kemunculan nomor urut pada komentar ini berlainan pula, sekali lagi, ubah kode yang diperlukan pada kode css saja (poin ke-4).

Yup, kita bisa melakukannya. lakukan dengan teliti. Jika terjadi sesuatu, kembalikan templates kawan-kawan dengan file Back-up tadi. Kemudian ulangi sekali lagi. Contohnya bisa kawan-kawan lihat di blog ini. Selamat mencoba bagi yang ingin mencoba.

#PS :
  • Ijin dari Fernandooo1 melalui komentar bisa dilihat di sini.
  • Berhubung menurut Fernandooo1, script ini didapat dari seorang kawan, maka saya sampaikan juga terimakasih kepada JMiur dari Vagabundia.
  • Terimakasih juga untuk Amanda, karena lewat informasinya saya bisa menemukan tulisan ini.
  • Setelah mencari-cari lagi, saya menemukan review posting diatas, telah ditulis oleh o-om pada tanggal 6 kemarin. Saya sarankan untuk menuju ke blog o-om untuk membaca tulisan beliau.

[+/-] Selengkapnya...

Ketika Harus Membilang Nyawa


Mungkin, jika memang harus membilang nyawa. Selalu ada satu hal yang sangat terasa kepedihannya. Bukan atas bertambahnya angka tapi justru atas berkurangnya nyawa.

Ketika itu, terdapat sebuah masa dimana seorang wanita dengan hati tanpa pamrih sehelai rambutpun, bersedia meletakkan hidupnya diatas meja pertaruhan. Yang jika tidak ia ambil pertaruhan ini, maka luluh lantaklah hatinya. Mungkin pula sekilas dalam hati wanita ini, ia berbisik "Tuhanku, selamatkanlah buah hati ini untuk cintaku. Biar nyawaku saja yang jadi penggantinya". Pada saat yang sama, seorang lelaki yang tanpa harus diminta, sepenuhnya ia serahkan tubuhnya. Bersujud di lembar bumi untuk sekedar meminta pada Tuhannya, "Selamatkan kedua cintaku ya Tuhan, biar kau ambil nyawaku sebagai gantinya, aku siap".

Selalu pedih jika harus meresapi ini. Wanita itu adalah ibu, dan lelaki itu adalah ayah. Kemudian ini yang selalu mengingatkan saya pada sebuah perkataan dari seseorang, bernama Abdullah putra Umar Radhiyallahu 'anhuma.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Suatu ketika sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma melihat seorang laki-laki menggendong ibunya untuk tawaf di Ka'bah dan juga ke mana saja sang ibu menginginkan. Kemudian orang tersebut bertanya kepada Abdullah bin Umar, "Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?" Maka jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma, "Belum,.. Setetespun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu" [Shahih Al Adabul Mufrad No.9]

Perkataan "setetespun" itu seperti mengguncang tubuh ini. Bahkan untuk satu jenis rasa sakit seorang ibu ketika melahirkan, bahkan untuk setetes keringat yang ibu keluarkan untuk menahan sakit ketika melahirkan, ternyata kita tak mampu membayarnya.

Lalu dengan apa,... cukupkah rintihan "Robbighfirlii wa liwaalidayya warhamhumma kamaa rabbayaanii shaghiiraa,.. Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku. Dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidikku sewaktu kecil".

Ketika itu,... adalah tepat pada hari ini. Itulah sebab saya katakan, hari ini adalah hari dimana pernah seseorang rela pertaruhkan hidupnya, untuk hidup orang lain. Seseorang itu adalah ibu saya, dan orang lain itu adalah... firdaus.


Hak cipta gambar "Mother & Baby" ada pada imagesinart.co.uk

[+/-] Selengkapnya...

Google Page Creator Tutup Usia


Saran saya, gunakan Googlepages, yang menyediakan space untuk menyimpan file. Relatif lebih mudah bagi kita pengguna blogger, karena (seperti sudah pernah saya bilang) Googlepages, menggunakan Google ID juga, yang tentunya sudah dimiliki kawan-kawan pengguna Blogspot
Google SitesEntah sejak kapan, mungkin saya ketinggalan zaman. Tempat yang sering saya andalkan, terutama ketika kita sedang belajar. Ketika kita sedang membutuhkan hosting "kecil-kecilan" untuk sekedar menempatkan 1-2 file kecil untuk blog kita, ternyata telah menutup usianya lebih dini. Google Page Creator, yang pasti hari ini dan seterusnya, tidak akan menerima pendaftaran pengguna baru. Eksperimentasi Google yang mungkin lebih kita kenal dengan Googlepages ini, akan terus berda dalam Google Labs dan tidak akan pernah "lulus" dari "penggodokannya". Kata-kata yang saya kutip diatas, tak lain adalah kata-kata saya, yang dengan semangat juang 45 menawarkan sebuah opsi untuk tidak mengkhawatirkan kesulitan menyimpan file-file kecil, karena Google menyediakan tempatnya. Jika saja waktu itu, yang belum membuat akun baru, langsung mendaftar, maka mungkin kawan-kawan belum terlambat. (setidaknya saat ini masih berguna)

Tapi ini semua bukan tanpa sebab. Mengenai hal ini, Google mengutarakan bahwa Page Creator berhenti hanya sampai "kawah-candradimuka" (baca: Google Labs), karena Google ingin berkonsentrasi pada penggantinya, yang sebenarnya sudah juga bisa kita pergunakan, yaitu Google Sites. Perkenalan awal saya dengan Google sites, sekilas mengingatkan saya pada interface iGoogle. Karena belum terjelajahi dengan baik, maka pembicaraan tentang Google Sites, tidak bisa kita lanjutkan sekarang, mungkin lain kali.

Lalu bagaimana dengan pengguna Googlepages yang lama? Resapi saja kata-kata google berikut :
If you are currently a Page Creator user, you can continue to use Page Creator and your pages will automatically be transitioned to Google Sites later this year. We are committed to making this transition as smooth and easy as possible, and we will post more details as we get closer to the transition time. You can also manually move your web pages from Page Creator to Google Sites or other service providers at any time.

Diusirkah kita..? entah. Tapi semoga nanti pada akhir tahun, jangan sampai ada keluhan jika sampai diusir paksa. Karena penggusuran paksa seperti ini tidak pernah mudah direlakan begitu saja.


Mungkin manajemen pemindahan layanan oleh Google ini sedikit boleh dicontoh. Setidaknya, Google sudah menyediakan tempat lain untuk relokasi setelah "penggusuran". Dan jika dihitung sejak bulan ini, itu berarti tenggang waktu yang diberikan adalah sekitar lima bulan, sebelum kita harus rela "barang-barang" kita "dikemasi" dengan Buldozer.

[+/-] Selengkapnya...

 
Terima Kasih Dunia Atas Segala Inspirasi dan Warna Suara . DuaRibuDuaBelas. MMXII . Firdaus™
Subscribe with Bloglines Blog