Post ini, bukan tutorial, walaupun judul post agak rancu. Seperti yang akan membahas design dengan Photoshop. Tapi jika memang diperlukan mungkin nanti akan ada posting-posting yang akan membahas lebih detil tentang permasalahan ini.
Berikut ini, saya bawakan salah satu karya teman saya, sering menggunakan nick: semuasayangeko. Kita bisa lihat lagi yang lainnya di
semuasayangeko.multiply.com Kenapa foto yang ini yg saya post disini? Soalnya itu foto ane.... he..he..

Yang disayangkan dari foto ini, terlepas dari proses edit digital-nya adalah, komposisi yang kurang ke kiri-bawah untuk "mata" si objek. Jadi memang sedikit aneh, tengah bukan, kiri juga bukan.
Tapi saya maafkan, karena si fotografer (setahu saya), juga merangkap jadi si modelnya, untuk foto ini.
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan Saja...
Jujur saja, tulisan kali ini bukan bermaksud 'latah' dengan suasana peringatan kebangkitan nasional ke-100 dalam waktu dekat ini. Tiba-tiba saja terlintas oleh saya cuplikan pertanyaan kecil yang pernah saya baca di salah satu blog , yang saya lupa lagi tempatnya, sebuah pertanyaan "Lebih baik mana? menulis dengan Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris?".
Pertanyaan macam awalnya tidak mengherankan saya, karena berkutat menulis di 'dunia' seperti ini tentu -menurut saya, akan mengabaikan sejenak teori segmentasi yang mungkin pernah dipelajari oleh kawan-kawan yang pernah belajar strategi komunikasi (saya hanya sekedar tahu saja, tapi tidak pernah belajar di jalur akademiknya). Kenapa begitu? karena segmen pasar yang mungkin dibidik penulis selalu TIDAK sama dengan target awal, selalu saja meleset entah sekecil apapun. Unsur perkembangan teknologi dan perkembangan status sosial yang banyak terjadi di masyarakat seharusnya juga diperhitungkan sebagaimana layaknya. Mediasi seperti ini punya daya jangkau yang lebar memang, tapi juga akurasi bidikan yang sangat kecil, inilah dua hal yang saling bertolak belakang.
Lalu apa yang seharusnya dilakukan untuk setidaknya meminimalisir beda potensial antara dua kutub yang saya sudah sebutkan diatas tadi? Satu-satunya jalan, yang menurut saya masih harus dilakukan adalah usaha LOKALISASI (saya yakin anda tidak berfikir macam-macam :) . Me-lokalkan tulisan kita, adalah usaha terbaik yang bisa kita lakukan untuk saat ini. Memang, 1-2 keberhasilan kawan-kawan lain menembus batas regional, sudah tidak dapat dipungkiri. Menulis blog dengan bahasa Inggris tentu saja memperluas sudut pandang mata kita bahkan sampai ke batas mata tak sanggup lagi memandang. Saya pun tidak melarang penggunaan bahasa Inggris, karena bagaimanapun sudah terlambat untuk menjadikan Bahasa Indonesia atau Bahasa Arab untuk menjadi bahasa Internasional, walaupun saya yakin bisa saja.
Berangkat dari sini, saya sekedar menyampaikan saran saja. Alangkah baiknya untuk kita, menulis dengan Bahasa Indonesia Saja. Kesulitan mengalih-bahasakan perangkat tulis kita (blogger.com misalnya) kedalam bahasa Indonesia yang mudah dimengerti, memang sulit. Tapi apa boleh buat, kita sedang duduk diatas negeri yang diatasnya mengenal bahasa Indonesia. Mau tidak mau Harus Mau.
Ada saja yang ternyata masih mencoba menciutkan semangat saya, seperti ungkapan "Daripada pakai Bahasa Indonesia tapi campur-campur bahasa Inggris nggak karuan??!!". Ya, itu adalah sebuah kekurangan. Bahasa kita ini ternyata , tidak terlalu kaya kosakata, tapi juga tidak terlalu miskin untuk kita gunakan seadanya. Seperti yang sering saya gunakan 'penggalan' Bahasa Inggris dalam beberapa tulisan, ada sebuah maksud yang ingin saya sampaikan tapi saya tidak tahu kata tepat mana yang yang digunakan, jadilah saya gunakan Bahasa Inggris sebagai 'penggalan' itu tadi, dan cepat-cepat kembali lagi ke Bahasa Indonesia setelahnya. Saya akui itu usaha terbaik saya waktu itu.
Atau juga ungkapan "Masih mending bahasa inggris, terjemahan bahasa indonesianya kacau". Cuplikan barusan adalah kata-kata saya, yang terinspirasi dari beberapa ucapan orang, yang memilih menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesia 'hanya' karena terjemahan yang didapat kurang"mencukupi". Saya juga mengerti sekali akan hal ini, tetapi saya hanya mohon kerelaan hati kawan-kawan semua untuk mengalah saja pada terjemahan yang mungkin saja masih berkembeng. Sebagai contoh, entah kenapa, mungkin saya yang bodoh, kata"kuliner" tridak pernah saya dengar dulu, baru sekarang mungkin pengaruh media televisi, kata "kuliner" jadi sangat familiar, dan hasilnya, kita semua tahu dan sangat mengerti kata "kuliner" mewakili apa, dan masih banyak contoh lain. Saat ini, kita terima saja, toh dulu kita belajar Bahasa ini dari mulut orang-orang disekitar kita dari ketidak-tahuan., dari lemahnya kita akan pengertian apapun.
Jadi,
Bahasa Indonesia Saja....
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan Saja...
(Sebelumnya -red, Mohon maaf mas iwan fals, saya gunakan judul ini dengan tanpa bermaksud 'membunuh karakter' siapa-siapa)
Kawan-kawan pilih saja sendiri, menurut hati masing-masing, tanpa harus menyakiti orang lain, Kecuali hati kawan-kawan meyakini menyakiti hati orang lain demi kebaikan adalah baik. Memang, dua hal itu tidak laik dipertentangkan, di satu sisi, kita sebagai manusia Alhamdulillah diberi akal untuk mencerna dengan baik sampai dimana sebuah keburukan harus segera dicegah,. Akan tetapi bukankah pengaruh yang baik dalam menyampaikan sebuah gagasan bisa terlihat dari hasilnya yang tentu saja adalah buah dari proses yang dipilih. Secara utuh jika kita ingin melihat permasalahan ini, tidak begitu kontroversial karena hanya antara kubu "anti" dan "tidak begitu anti", bukan kubu "anti" dan "pro".
Mungkin kali ini saya akan berimajinasi ke sebuah negara yang dipimpin oleh pemimpin yang sangat adil, yang kesemuanya ia lakukan karena dan hanya karena amanah dari Tuhannya sebagai seorang pemimpin. Kebetulan ada dua negara yang sedang mampir ke kepala saya yang hari ini entah sedang dirundung apa sampai-sampai rasanya sulit sekali untuk tegak :
- Si Pemimpin negeri imajiner saya yang pertama tegas menutup seluruh pabrik rokok dalam negerinya, mengganti lahan perkebunan penghasil bahan baku rokok di penjuru negerinya, menutup gerbang masuknya impor bahan baku ataupun hasil jadi produksi rokok dari luar negeri, menetapkan peraturan tentang hukuman yang sangat berat bagi pelanggarnya. Peraturan ini berlaku juga untuk selain rokok, seperti minuman beralkohol (sekecil apapun prosentase kadar alkoholnya), minuman tak beralkohol tapi ternyata memabukkan (jika ada), dan yang lainnya yang saya tidak sempat ingat. Sebagai ganti bagi orang-orang yang dirugikan, dalam artian pekerjaan, bukan permasalahan kepuasan menikmatinya, di alokasikan bagi mereka tempat pekerjaan yang baru dengan upah yang sama atau lebih tinggi jika memungkinkan, walaupun tidak dengan kenyamanan yang sama. Tapi karena pemimpinnya adalah seorang yang seadil itu, maka permasalahan kenyamanan yang berkurang sama sekali tidak menggerakkan mereka untuk berduyun-duyun turun kejalan. Semua itu dia lakukan karena dan hanya karena amanah dari Tuhannya yang mewajibkan ia bertanggungjawab atas apa yang ia pimpin. Setelah pemimpin ini meninggal dunia, penggantinya, Alhamdulillah masih tetap berpegang pada amanah, dengan terus melengkapi apa yang masih belum dikerjakan oleh pemimpin pertama tadi, begitu seterusnya hingga kiamat tiba. Akhirnya, Happy ending InsyaAllah. Mudah kan... ya mudah karena hanya ada di kepala saya.
- Kebetulan pikiran saya melayang-layang memikirkan negeri kedua ini, yang saya ingat betul adalah akhir ceritanya saja. Bersiaplah, kali ini sangat panjang ceritanya. Hasil akhir sama, tapi dengan melalui perjalanan demokratis mirip2 negeri kita ini. Mulanya, ada rapat anggota dewan, lalu diskusi pro dan kontra, lalu pembentukkan komisi kerja, , pemilihan ketua komisi plus test uji durabilitasnya , lalu ada juga fit and proper test untuk anggota komisi yang lain oleh anggota dewan, lalu rapat anggota dewan membahas anggaran untuk komisi kerja ini, lalu rapat komisi kerja, lalu... ya.. sempat ada dugaan korupsi aliran dana, tapi tidak selesai diproses, tapi si terduga didepak juga akhirnya, ada yang terlewat, selama proses diatas, rakyat yang pro dan kontra bergantian sudah melakukan demonstrasi di depan gedung parlemen, sempat terjadi bentrok antar demonstran tapi tidak ada korban jiwa, hanya korban harta saja, untuk berobat ke puskesmas karena badannya pegal-pegal setelah berjalan jauh dari rumahnya ke depan gedung parlemen. Pekerjaan dewan terus berjalan karena ada pepatah The show must go on, even the 'show' is going 'on'. Peraturan baru sudah ditetapkan, Presiden mengiyakan, karena dia hanyalah mandataris yang cuma menerima mandat saja. Diluar masih tetap ada demo, tapi demo-nya semakin beragam, mulai dari prostes dan kontrates permasalahan penutupan pabrik rokok tadi, sampai protes kenaikan gaji buruh untuk selain buruh pabrik rokok karena ada kemungkinan jika pabrik rokok ditutup, maka pabrik-pabrik tempat mereka bekerja ada kemungkinan semakin banyak pekerjanya, dan mereka takut terkena pemotongan gaji bahkan PHK. O iya... Mahasiswa... Mahasiswa mencoba berpikir keras karena mereka punya kepala yang cukup besar untuk menampung otak mereka yang juga bervolume besar, tenang... mahasiswi juga ikut mendukung mahasiswanya juga kok, jadi setidaknya ada yang bersedia membawakan makanan dan minuman untuk orator yang tiap 4 menit setengah harus minum sebotol air mineral 1,5 liter karena harus tetap menjaga artikulasi dan power suaranya, supaya di panggung demo dia tetap jadi orator yang mampu mambakar hangus semangat demonstran lain. Petugas keamanan tetap siaga, walaupun ada sedikit bentrok kecil-kecilan di sana-sini, yang cuma sampai batas saling ejek saja. "Dasar lu! penghalang kebebasan demokrasi!!" kata mahasiswa (biasalah, mereka kan terbiasa memilih kata-kata yang tersruktur, walaupun belum tentu tahu maknanya), dijawab dengan "Eeeh kamu menghina petugas, anda tahu kan bahwa melawan petugas ada pasalnya (ada ganjaran berdasar kekuatan hukum maksudnya -red), kalau anda melawan saya bisa bertindak, saya selain petugas juga penindak, jadi saya berhak menindak anda" jawab Pak petugas keamanan (karena memang gaya bicaranya sudah terlatih untuk tegas dan sedikit membelit, ya seperti itu lah pilihan kata-katanya). Seiring berjalanan waktu, pabrik-pabrik rokok sudah ditutup, ada yang di re-lokasi untuk pabrik lain, semua buruh sudah mendapatkan kembali pekerjaannya. Kecuali yang sudah keburu tidak lagi berminat bekerja, karena apa... proses ini berlangsung lamaaaa sekali, karena mangadopsi sebuah sistem juga berarti mengadopsi keseluruhan proses sistem tersebut. yaaah sekitar 9 tahun 4 bulan masalah ini baru ter'selesaikan'. Itu presiden dan wakilnya sudah ganti 3,5 kali. Maksudnya Presiden ganti, wapres naik jadi presiden itu yang stengahnya. Sama-sama aja akhirnya, di dunia mah.
Sampailah kita pada akhir cerita. TerimaKasih, karena masih sudi-sudinya membaca tulisan tidak penting ini.
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan Saja...
Yaa....
Hari ini, ada yang sedang menahan perih dan sesak di dada, entah kenapa, mungkin dia yang peparu-nya sehat sehat saja, tiba-tiba mengerut dan seperti sedang kambuh bronkitis akutnya.
Jika menghadapi dia bisa dibatalkan saja, atau bisa tidak pernah terjadi saja, sepertinya lirik satu lagu peterpan ini tidak akan se'menarik' itu bagi saya. Atau mungkin ariel tidak akan pernah punya ide apa-apa soal lagu yang menarik saya itu (menarik saya supaya masuk menjadi subyek penderita dari lagu itu).... apa??..lagu yang tentang cinta??.. wah.. sangat disayangkan, bukan.
Untungnya, dia yang sedang berjuang itu, tidak pernah mau membiarkan hamburan cahaya dari layar ini masuk ke bidang layar matanya. Jadi rasa-rasanya tulisan ini tidak pernah akan terbaca olehnya, kecuali kalau Anda menyampaikannya. Tapi kalaupun tersampaikan toh tidak apa-apa, karena memang ini bukan apa-apa.
ya kan d**s... (Dengan sangat hormat disensor, karena pemilik nama ternyata keberatan. Maaf. Ini terjadi karena kecerobohan saya yang tidak terlebih dahulu menanyakan kepada sang empunya nama. Sekali lagi maaf.)
[+/-] Selengkapnya...
[+/-] Ringkasan Saja...